BERITACIANJUR.COM – Kebijakan larangan study tour bagi para pelajar ke luar daerah direspon oleh sejumlah pengusaha travel. Mereka menyampaikan kritik untuk Pemprov Jabar maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur.
Seperti diketahui, kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal larangan kegiatan study tour yang dinilai membebani para orangtua murid, diikuti oleh Bupati Cianjur dr Muhammad Wahyu Ferdian.
Wahyu menegaskan, agenda study tour yang diselenggarakan oleh sekolah itu tidak boleh mengandung hal-hal yang melanggar aturan. Sehingga, kebijakan seperti itu memang harus diterapkan juga di Cianjur.
“Dari Pemprov Jabar kan sudah keluar larangannya. Jadi kami mengikuti kebijakan Pemprov Jabar dengan menerapkan hal yang sama. Apalagi kegiatan study tour ini dinilai sudah melenceng dan nilai study atau pembelajarannya banyak yang hilang,“ ujarnya.
Meski menerapkan larangan, namun Wahyu juga menegaskan, hal tersebut berlaku untuk wisata ke luar daerah alias ia bakal mengizinkan jika study tour dilakukan di dalam kota.
“Di Cianjur banyak destinasi wisata yang indah dan tak kalah dengan luar daerah. Jadi silakan sekarang wisatanya di Cianjur. Kami akan tata lagi wisata-wisata di Cianjur agar fasilitasnya nyaman dan pengelolaannya juga baik. Dengan kebijakan ini, bisnis travel juga tetap hidup,“ paparnya.
Menanggapi hal tersebut, Owner HIC Travel, Abe berharap, sebelum diterapkannya larangan study tour, diperlukan adanya dengar pendapat. Ia juga menilai, pemerintah harus melakukan evaluasi di internal termasuk terkait pengelolaan wisata.
“Kita tahu wisata di Cianjur atau daerah lainnya di Jawa Barat tak kalah indah bahkan lebih indah dan mengedukasi. Tapi kita juga sama-sama tahu penyimpangannya di mana dan faktor apa yang menyebabkan wisata di daerah kita tidak jadi pilihan,“ ungkapnya, Senin (24/2/2025)
Abe menilai, banyak wisata di Cianjur dan daerah lainnya di Jawa Barat yang tidak dikelola dan tidak tertata dengan baik, yang disebabkan kurangnya perhatian dari pemerintah daerah, sehingga banyak pihak yang memilih luar daerah sebagai tujuan study tour.
“Pilihan lokasi wisata itu ada di pihak sekolah, jadi jangan menyalahkan pihak travel yang seolah merekomendasikan harus wisata ke luar daerah. Saya rasa logis ketika luar daerah jadi pilihan, karena penataan di dalam daerah belum maksimal dan perhatian dari pemerintahnya kurang,“ bebernya.
Terpisah, Owner Atour Aja, Acep Makhdar menilai, jika infrastruktur pariwisata di Jawa Barat termasuk di Cianjur sudah tertata dengan baik, para pengusaha travel dan banyak pihak lainnya tidak akan keberatan dengan kebijakan larangan wisata di luar daerah.
“Tujuan dari kebijakan itu kami sangat paham. Sebenarnya kan yang dilarang itu ketika tujuan study tour-nya ke luar daerah. Untuk SMA atau SMK, informasinya masih boleh kalau wisatanya di Jawa Barat. Sementara untuk SD dan SMP masih boleh kalau di Cianjur. Kami akan menerima, selama infrastruktur dan pengelolaan wisatanya sudah baik,” kata dia.
Pengelolaan destinasi wisata yang belum tertata dengan baik, sambung dia, menjadi penyebab wisata di Jawa Barat saat ini belum menjadi pilihan untuk kegiatan study tour.
“Di Jabar banyak wisata yang seadanya dan belum tertata. Contoh sederhananya terkait tiket dan parker, kalau di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu sudah tertata, onestop service. Kalau di Jawa Barat masih tercecer, belum lagi masalah punglinya. Jadi cost-nya tinggi, padahal dekat,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga menyebutkan, infrastruktur jalan menuju tempat wisata belum seluruhnya bagus dan bisa diakses dengan kendaraan besar. “Agar tujuan dari kebijakan pemerintah daerah ini bisa maksimal, infrastruktur wajib jadi perhatian. Jadi tidak hanya kebijakan sepihak tanpa ada evaluasi secara internal untuk pengelolaan dan penataan wisatanya,” pungkasnya.(gil)