Beritacianjur.com – SETELAH muncul dugaan kuat adanya dugaan korupsi, Pemerintah Desa Mekarsari Kecamatan Cianjur semakin menjadi sorotan publik. Bahkan, dugaan penyelewengan semakin mengerucut terhadap permasalahan adanya potensi ‘mark up’ pada pembelian mobil ambulans.
Ketua Cianjur People Movement (Cepot), Ahmad Anwar mengaku sudah melaporkan hal tersebut kepada Inspektorat Daerah (Irda) Cianjur. Ia menduga kegiatan penyuluhan dan pelatihan bidang kesehatan untuk masyarakat, tenaga dan kader kesehatan senilai Rp252.708.000 diduga fiktif.
“Warga dan kader di Desa Mekarsari tidak tahu menahu soal kegiatan tersebut. Meskipun pihak desa berkilah bahwa anggarannya lebih besar dihabiskan untuk pengadaan ambulans, namun tetap harus ditelusuri dan diusut tuntas,” ujar pria yang karib disapa Ebes kepada Pelita Baru, Kamis (13/2/2020).
Atas dugaan kuat tersebut, Cepot mendesak Irda Cianjur untuk melakukan pemeriksan terhadap Pemerintah Desa Mekarsasi.
Sementara itu, setelah adanya laporan pengaduan, Irda Cianjur pun langsung melakukan pemeriksaan terhadap Pemerintah Desa Mekarsari. Sekretaris Irda Cianjur, Asep Suhara mengatakan, kegiatan pemberdayaan di Desa Mekarsari yang di dalamnya terdapat pembelian ambulans, menjadi dasar kecurigaan masyarakat.
Menurutnya, pemeriksaan tak hanya pada dugaan adanya kegiatan fiktif, namun pihaknya juga akan menggali adanya potensi kerugian Negara dari harga pembelian ambulans tersebut.
“Kita akan memeriksa adanya dugaan ‘mark up’ atau kewajaran pembelian ambulans. Nantinya, harga ambulans di Desa Mekarsari akan dibandingkan dengan desa tetangga atau desa lainnya dengan merek yang sama,” jelasnya.
Terpisah, Sekretaris Desa Mekarsari, Tuti Mutiara membantah jika kegiatan penyuluhan kesehatan disebut fiktif. Ia mengklaim bahwa 95 persen dari anggaran kegiatan tersebut dikucurkan untuk membeli ambulans, sedangkan sisanya sekitar Rp5 juta digunakan untuk kegiatan penyuluhan.
“Kegiatan kesehatan ini memang ada. Tapi agenda sebetulnya dari anggaran ini adalah untuk membeli mobil ambulans. Dipakai kegiatannya bisa Rp5 juta mungkin. Besarnya mah untuk membeli ambulans. Jadi, dimohon dengan sangat kepada RT, RW kepada masyarakat yang sakit bisa diangkut oleh ambulans itu,” akunya.
Terkait surat pertanggungjawaban, Tuti mengaku sudah hampir dua pekan masih berada di Irda Cianjur untuk diaudit.
Kepala Seksi Kesra Desa Mekarsari, Firman Amirudin menyebutkan, harga ambulans yang dibeli pihak desa senilai Rp248.853.000. “Kondisinya baru. Belinya terima jadi. Sudah ada fasilitas di dalamnya,” sebutnya.
Firman menerangkan, dalam laporan pada aplikasi sesitem pengelolaan aset desa, tak ada laporan untuk membeli ambulans. “Makanya kita selipkan di situ untuk membeli ambulan. Kalaupun ada laporan terkait penyelewengan dana desa dan harus dibawa ke ranah hukum, kami siap,” pungkasnya.(wan/gie)