Gedung Papak Warungkondang, Bangunan Tua Bersejarah yang Berdiri Sejak Zaman Perang yang Kini Terbengkalai

BERITACIANJUR.COM – Gedung Papak yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur menjadi bangunan tua bersejarah di masa perjuangan kemerdekaan, tapi kini malah terbengkalai.

Gedung tua yang terletak tepat di sebelah kanan jalan itu memang tidak begitu terlihat oleh para pengendara yang melintas.

Sebab, hampir seluruh bagian bangunan luarnya dipenuhi oleh pohon besar dan rumput liar yang menutupi pemandangan bangunan tersebut.

Tak hanya bagian luarnya saja, rumput liar juga tumbuh di dalam gudang tersebut hingga terkadang menjadi tempat makan siang bagi hewan ternak milik warga setempat.

IMG 20250113 WA0042

Penampakan Noni Belanda

Konon, bangunan tua yang kondisinya kini terbengkalai selama 15 tahun itu sempat mengandung cerita horor. Beberapa masyarakat hingga pengendara yang melintas, kerap melihat penampakan sosok hantu Noni Belanda di area bangunan tua tersebut.

Namun meski kondisi bangunannya seperti itu, menurut warga sekitar bahwa bangunan tua tersebut pernah dijadikan markas oleh Belanda ketika masa perang terjadi.

“Dulunya ini markas Belanda, bangunan tua sejak zaman penjajahan. Sudah kosong dan terbengkalai sejak lama, sekitar 15 tahun tidak ditempati,” ujar Ade (50), salah seorang warga sekitar, Minggu (12/1/2025).

Karena kondisinya yang terbengkalai dan sempat mengandung cerita horor dengan penampakan sosok hantu, bangunan tua kosong itu sempat direncanakan menjadi tempat uji nyali.

“Iya katanya dulu karena seram, pernah ada yang mau uji nyali di bangunan tua kosong itu,” imbuhnya.

Belum Masuk Cagar Budaya

Sementara itu, Sejarawan Cianjur, Hendi Jo mengungkapkan, Gedung Papak merupakan gedung tua bersejarah, yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan hingga masa kemerdekaan. Bangunan tua itu juga menjadi saksi saat diduduki oleh tiga bangsa di zaman perang.

Bangunan tua itu, lanjutnya, pernah digunakan oleh pasukan Inggris, kemudian pada masa agresi militer diduduki oleh pasukan Belanda, dan akhirnya dikuasai oleh pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia.

“Gedung Papak mukai efektif digunakan sekitar 1947 hingga 1949. Gedung itu secara bergantian diduduki oleh tiga bangsa, yakni Inggris, Belanda, dan Indonesia,” ungkapnya.

Hendi menuturkan, pada masa pendudukan Belanda dan Inggris, fungsi Gedung Papak dijadikan sebagai tempat pos pemeriksaan untuk memastikan keberadaan gerilyawan yang melintas dari jalur Sukabumi menuju Cianjur.

“Saat itu setiap rombongan yang melintas diperiksa untuk memasikan dari gerilyawan atau bukan. Jika terindikasi gerilyawan bangsa Indonesia maka pasukan Belanda dan Inggris akan segera menangkapnya,” tuturnya.

“Karena kan jalur tersebut strategis untuk mobilisasi pejuang, sehingga dinggap perlu untuk dilakukan periksaan di gedung tersebut,” tambahnya.

Sedangkan pada masa pendudukan bangsa Indonesia, sambungnya, Gedung Papak sama halnya digunakan untuk pos pemeriksaan, namun terdapat sedikit adanya perbedaan dalam segi pengamanan.

“Bedanya di masa pendudukan bangsa kita, yang diperiksa itu kaitannya dengan gerombolan ekstremis,” paparnya.

Ia menambahkan, sangat disayangkan karena kini bangunan Gedung Papak tidak terawat atau terbengkalai selama bertahun-tahun, dan sampai saat ini belum masuk dalam Cagar Budaya meskipun nilai sejarahnya cukup besar.

“Kami sedang usulkan agar bangunan yang statusnya milik perorangan ini bisa masuk dalam Cagar Budaya di Cianjur, sehingga bangunan bersejarah ini bisa lebih terawat,” pungkasnya.(gil/gap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *