Cimsa dan DMC Dompet Dhuafa Angkat Keceriaan Korban Gempa Bumi

BERITACIANJUR.COM – Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan sejumlah mahasiswa-mahasiswi kedokteran Universitas Padjajaran yang tergabung dalam Center for Indonesian Medical Students’ Activities (Cimsa), melakukan aksi Psychological First Aid (PFA) di posko pengungsian yang terletak di Kampung Pameungpeuk, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Rabu (07/12/2022).

PFA atau pemberian pertolongan psikologis pertama kepada para korban gempa bumi di Cianjur, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif stres dan mencegah timbulnya gangguan kesehatan mental yang lebih buruk akibat terpapar bencana alam atau situasi kritis.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

“Saya mewakili teman-teman Cimsa yang lain, mengucapkan terima kasih banyak sudah dibantu oleh Dompet Dhuafa saat bekerja sama dengan kami. Kegiatan ini juga merupakan bentuk realisasi salah satu fokus divisi/standing committee Cimsa yaitu Standing Committee on Human Right and Peace (SCORP) yang fokus pada disaster management,” ujar Lathifur Rasyidah, Liaison Officer to Non-Government Organization Cimsa Indonesia 2022-2023.

“Semoga ke depannya kita dapat menjalin kerjasama lagi dengan lebih baik. Salam untuk tim Dompet Dhuafa lainnya,” lanjutnya.

Cimsa, bergerak bersama DMC Dompet Dhuafa memberikan layanan PFA dan distribusi school kit kepada 100 anak usia dini yang terdampak bencana gempa Cianjur melalui aktivitas Galaksi Tab (Galakkan Aksi Tanggap Bencana). Mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia juga turut membantu menyukseskan acara ini melalui bantuan dana yang dikumpulkan selama beberapa hari sebelumnya. Kegiatan ini diisi dengan bernyanyi, bermain, menggambar dan aktivitas-aktivitas yang dapat mendukung terbangunnya situasi yang menyenangkan.

“Yes, aku dapat alat tulis dari kakak-kakak. Terima kasih ya Kakak-kakak,” ucap salah satu adik.

Gangguan stress pasca trauma (PTSD), depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan penggunaan obat-obatan merupakan dampak psikologis akibat bencana atau peristiwa traumatik yang tergolong serius (Bisson & Lewis, 2009).

Baca Juga  Selama Periode Nataru, BMKG Minta Seluruh Wilayah Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem

Aspek psikologis nyatanya memang menjadi permasalahan yang timbul pasca-bencana terjadi. Anak-anak usia dini menjadi paling rentan terhadap trauma psikologis karena mental mereka belum terbiasa dalam menghadapi kondisi kritis. Pengalaman anak usia dini dalam menyikapi keadaan juga berbeda dengan orang dewasa maupun orang tua.

“Dompet Dhuafa sangat terbantu dengan kehadiran kawan-kawan dari Cimsa dalam membantu penanganan emergency response gempa bumi Cianjur. Semoga ini menjadi amal baik dan doa kita semua agar Cianjur cepat pulih kembali. Aamiin,” terang Haryo Mojopahit, Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.

Bencana membuat waktu bermain dan bergembira anak terpaksa terhenti, keadaan saat bencana memaksa anak usia dini menghadapi kondisi yang cukup pelik, mulai dari kepanikan saat bencana terjadi hingga menyaksikan sisa-sisa kondisi bencana.

PFA memang harus dilakukan dan jauh lebih dalam untuk mengintervensi kondisi pasca bencana, tidak hanya anak usia dini, siapapun dengan berbagai latar dan usia juga berpotensi mengalami trauma psikologis pasca bencana. Sehingga usaha-usaha para relawan dalam membantu penyembuhan psikologis para penyintas memang harus dilakukan, karena dampak bencana bukan hanya berbentuk fisik ataupun kerugian materil.(RAK/DMC Dompet Dhuafa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *