Pasutri Lansia Korban Gempa Cianjur Tinggal di Gubuk Reyot Tanpa Listrik, Begini Kondisinya

BERITACIANJUR.COM – Dengan tatapan mata yang ramah, Nenek Nana Sumarna (70) menyambut hangat awak media yang datang berkunjung ke rumahnya.

Ia tinggal berdua bersama suaminya, Yaya Suharya (65) di sebuah gubuk kecil reyot di Kampung Tegallega, RT 02/RW 03, Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.

Selama hampir tiga bulan lamanya, ia dan suaminya terpaksa tinggal di tempat yang hanya berukuran 2×3 meter tersebut. Meski sempit, tapi cukup untuk mereka berdua berteduh dari panas dan hujan.

Sebelumnya, pasangan lansia itu sempat tinggal di sebuah kontrakan yang cukup nyaman. Namun, karena bencana gempa bumi yang menerjang Cianjur beberapa waktu lalu, bangunan tempat mereka tinggal pun roboh tak bersisa.

Kondisi gubuk yang saat ini ditempati pasutri itu sangat memprihatinkan, karena hanya ditopang oleh batu dan balok di tiap sudutnya yang kapan bisa saja roboh.

Bahkan, hampir di sebagian dinding itu bolong dan bagian atas yang sedikit menganga menembus langit. Tak terbayang saat malam hari tiba, angin kencang bebas menerobos masuk ke dalam gubuk dan membuat mereka menggigil kedinginan.

“Kalau hujan turun, gubug kami pasti banjir karena bocor, dan kalau hujannya lama ya kami terpaksa lari ke rumah tetangga,” ujar Nenek Nana, belum lama ini.

Selain kondisi gubuk yang tak layak, pasutri lansia ini terpaksa hidup dalam kegelapan. Pasalnya, tidak ada listrik yang dapat menerangi gubuk meski hanya sebuah lampu.

Mereka hanya bisa mengandalkan lampu cempor sederhana untuk membuat gubuk menjadi terang dan hangat.

“Kalau minyak tanahnya abis, terpaksa kami melewati malam dalam kondisi gelap, karena lampu cempor tidak menyala,” jelas Nenek Nana.

Baca Juga  10 Twibbon Hari Sumpah Pemuda 2023, Ini Sejarah dan Tema Peringatan yang ke-59

Selain ketiadaan listrik, mereka juga tidak memiliki kamar mandi di dalam gubuk maupun di luar. Sehingga cukup sulit jika ingin pergi mandi atau hanya untuk sekadar buang air.

Alhasil, Nenek Nana terpaksa menggunakan toilet umum di daerah tempat tinggalnya yang jaraknya lumayan jauh.

“Lokasi dari gubuk ke toilet lumayan jauh dan kalau di malam hari ingin ke toilet kadang ditahan saja,” imbuhnya.

Untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari, Nenek Nana mengaku, hanya mengandalkan penghasilan suaminya yang bekerja serabutan. Tapi, saat ini sang suami tengah menganggur karena sudah tidak memiliki pekerjaan.

Sebelumnya ia pernah bekerja di sebuah gudang rongsok di daerah tempat tinggalnya selama kurang lebih 6 tahun.

Namun, selama bekerja di gudang rongsok tersebut, ia mengalami konflik dengan rekan kerja yang diduga tidak menyukainya, sehingga membuatnya kehilangan pekerjaan.

“Jadi dulu tuh ada orang yang enggak suka sama suami saya di tempat kerja tersebut, terus ngejelek-jelekin ke bos. Habis itu dipecat dan nganggur sampai sekarang,” ungkapnya.

Karena kondisinya saat ini, Nenek Nana mengaku sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Ia berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan untuk merenovasi gubuk tempat tinggalnya saat ini, agar kondisinya menjadi sedikit lebih layak.

Menurutnya, ia sempat mengajukan bantuan bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah pusat. Namun sayang, hingga saat ini bantuan tersebut tidak pernah kunjung datang.

“Padahal saya ingin sekali mendapatkan bantuan itu, karena bagi saya akan sangat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari,” harapnya.(gil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *