BERITACIANJUR.COM – Fakta lain penipuan biaya paket umrah murah di Cianjur mulai terungkap. Ternyata, korbannya bukan hanya warga yang merupakan calon jemaah saja, tetapi sejumlah agen travel juga ikut merugi.
Hal tersebut diungkapkan marketing salah satu agen Travel Haji dan Umrah di Cianjur, TA yang angkat bicara usai pemberitaan terkait penipuan berkedok biaya umrah murah viral.
TA bercerita, pada awalnya ia didatangi oleh wanita berinisial H, di mana perempuan tersebut akan mendaftarkan calon jemaah umrah sebanyak 15 orang.
“Dia mintanya paket permintaan khusus, kita tentunya siap karena memang sudah terbiasa untuk paket rombongan,” ujarnya saat dihubungi melalui telepon seluler, Selasa (16/1/2024).
Namun, lanjutnya, rencana pemberangkatan batal lantaran suami dari H mendaftar ke travel lain.
“Katanya itu rombongan suaminya, jadi batal. Tapi akhirnya dengan alasan tidak enak, jadi ada dua orang yang dia berangkatkan melalui travel kami di pertengahan 2023 lalu,” ungkapnya.
Usai dua jemaah umrah itu pulang, H menyebut pelayanan dan fasilitas di tempat umrahnya sangat baik. Akhirnya, H kembali menghubungi TA untuk mendaftarkan rombongan umrah sebanyak 60 orang.
“Ada 60 orang yang awalnya akan diberangkatkan pada September 2023. Saya bantu proses mulai dari pembuatan pasport hingga manasik,” tuturnya.
Menurut TA, puluhan jemaah itu rencananya diberangkatkan pada 28 September 2023 dengan jadwal penerbangan khusus.
TA mengaku sudah mengingatkan agar dokumen para calon jemaah harus diutamakan, agar penerbangan bisa tetap dilakukan dan memenuhi kuota.
“Awalnya kita tawarkan pemberangkatan pada 26 atau 27, yakni penerbangan reguler. Tapi mintanya tanggal 28. Ya kami proses bantu, termasuk kami selalu ingatkan untuk dokumen administrasi para calon jamaah untuk diperhatikan. Katanya sudah siap, dokumennya sudah ada di tangan,” terangnya.
Selanjutnya, H kenal dengan M dan korlap lain pada saat pembuatan paspor bersama dengan jemaah lain.
Menurutnya, uang muka pemberangkatan dan pengurusan paspor pun kemudian diserahkan, dengan nominal Rp15 juta untuk paspor dan 15 juta untuk uang muka pendaftaran umrah.
“Saya tahu M dari H pada saat mendampingi pembuatan paspor jemaah dikenalkan oleh H bahwa M koordinator,” imbuhnya.
Jelang pemberangkatan, ternyata jumlah calon jemaah yang didaftarkan H bertambah, dari yang semula hanya 60 orang menjadi 130 orang.
“Bahkan pada akhirnya mencapai 150 orang yang didaftarkan mereka. Namun uang mukanya baru sebesar Rp70 juta, padahal normalnya kalau calon jemaah itu daftar dengan uang muka Rp10 juta. Jadi kalau yang daftar 150 orang, harusnya uang muka itu Rp1 miliar lebih,” sebutnya.
TA mengaku, saat itu mengetahui jika para calon jemaah tersebut berangkat dengan biaya pribadi. Namun setelah mendaftar paspor, dirinya baru tahu apabila ada donatur sehingga para calon jemaah itu hanya membayar dengan biaya sangat murah.
“Saya tahunya itu setelah dapat informasi, kalau salah satu calon jemaah menyebutkan biaya umrahnya hanya Rp12 juta. Padahal di travel kami untuk paket termurahnya ini biayanya Rp30 juta. Ketika saya tanyakan ke koordinator dan H, ternyata ada donatur dari luar negeri,” ungkapnya.
Menurutnya, beberapa pekan menjelang pemberangkatan mulai terjadi kejanggalan, di mana pembayaran biaya umrah belum kunjung dilunasi.
“Dia menjanjikan akan segera transfer oleh si misternya (donatur). Kami minta segera itu karena kan tiket pesawat dan hotel sudah dibayar DPnya. Kami sudah keluarkan hampir Rp1 miliar. Karena harusnya jelang pemberangkatan itu juga DP itu minimal sudah 50 persen lebih yang masuk, atau sekitar Rp2 M masuk,” paparnya.
Menurutnya, pihak donatur sempat meminta untuk dikirim bukti pembuatan paspor hingga kegiatan manasik sebagai syarat pengiriman uang.
“Kita proses semuanya sampai gelar manasik. Dan foto-fotonya sudah diserahkan juga ke H. Tapi ternyata tak kunjung ada pembayaran,” imbuhnya.
Bahkan, H sempat berujar jika alasan keterlambatan tersebut karena konflik Israel-Palestina. Namun saat dia menawarkan solusi, selalu ditolak.
“Katanya karena konflik Israel-Palestina jadi tertunda. Kemudian ada lagi alasannya uang yang dikirim sangat besar sehingga harus melalui tahapan pemeriksaan. Kami sudah tawarkan solusi dengan melalui tim kami di luar negeri. Karena kan terbiasa mengirim uang dengan nominal besar dari Indonesia ke Arab Saudi ataupun sebaliknya. Tapi ditolak dengan alasan takut tersinggung donaturnya,” jelasnya.
Pada akhirnya, pemberangkatan tersebut batal. Beruntung kerugian dapat diminimalisir karena ada rombongan jamaah pengganti.
“Untuk tiket dan hotel tidak jadi hangus karena ada rombongan pengganti. Tapi untuk peralatan dan kain dengan total Rp200 juta lebih tidak, itu jadi kerugian kami dengan batalnya pemberangkatan pertama,” sambungnya.
Menurut dia, H kemudian meminta jadwal ulang, bahkan hingga dua kali penjadwalan. Namun keduanya juga tidak terealisasi.
“Jadwal kedua pada November dan akhirnya di Desember. Tapi tetap tidak jadi. Bahkan kami sempat ditanyai oleh jemaah tentang keberangkatan, karena dianggapnya dari kami tidak jadinya. Kami jelaskan kami pasti berangkatkan selama pembayaran selesai, baru setelahnya calon jemaah paham dan menanyakan pada H serta M sebagai koordinator,” paparnya.
“Hingga hari ini masih saya coba tanyakan jadi atau tidaknya berangkat. Dan saya ingatkan kepada H ataupun koordinator agar segera memberangkatkan calon jemaah, karena kasian mereka sudah berharap besar. Kalau kami tentu siap asalkan dilakukan pembayaran dari H kepada travel kami. Kami perlu ditegaskan kalau agenda ini bukan kami yang menyelenggarakan dari dari H,” tambahnya.
TA menambahkan selain travelnya, ada beberapa travel yang juga mengalami kerugian serupa.
“Saya coba tanya-tanya, katanya saya ini travel kedua atau ketiga. Sebelumnya juga ada dengan modus yang sama,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, ratusan warga Cianjur menjadi korban penipuan berkedok umrah murah. Pelaku menjanjikan biaya di bawah Rp 6 juta dengan modus subsidi dari donatur dari Timur Tengah.
Mirisnya, pelaku merupakan salah seorang tokoh yang dipercaya masyarakat. Namun karena kasus ini, M akhirnya dilaporkan ke pihak kepolisian.(gap)