BERITACIANJUR.COM – Lusinda Pebrian (24), salah seorang relawan medis Dompet Dhuafa dalam percepatan penanganan gempa bumi Cianjur, menceritakan pengalamannya selama menangani penyintas di Cianjur.
Ia merupakan warga asli Cianjur. Meski bukan termasuk korban gempa, ia bisa merasakan penderitaan warga Cianjur yang terdampak akibat hentakan gempa bumi yang terjadi pada Senin (21/11/2022) lalu.
Tetapi lain cerita bagi saudaranya di Kampung Sarampad. Saudaranya kini tengah mengungsi di rumahnya yang jauh dari titik kerusakan gempa bumi.
“Keluarga aman karena jauh dari titik gempa. Tetapi saudara di Kampung Sarampad sedang mengungsi di rumah saya,” ujarnya belum lama ini.
Selama menjadi relawan medis Dompet Dhuafa, ia sudah sering melihat luka dan duka yang dialami korban. Mulai dari kondisi patah tulang, pembengkakan dan kondisi lainnya. Sehingga hal ini membuat ia semakin semangat dalam membantu saudara-saudaranya di CIanjur. “Karena panggilan kemanusiaan. Jadi semakin merasa tergerak gitu,” ucapnya.
Ia menuturkan, kondisi pengungsi korban gempa masih mengalami trauma. Sebagian mereka masih merasa cemas. Akibat gempa susulan, hujan dengan intensitas tinggi dan lainnya.
Namun di satu sisi, ia melihat korban gempa sangat merasa terbantu dengan layanan medis Dompet Dhuafa.
Ia sangat perihatin dengan kondisi rumah warga yang rusak dan harus menetap di posko pengungsian. Mereka harus bertahan dengan kondisi yang terbatas dan seadanya. Tetapi berkat bantuan relawan kemanusiaan, setidaknya di kala sulit seperti ini, mereka masih bisa bertahan hidup dan melewati masa sulit.
“Melihat kondisi rumahnya patah dan listrik yang padam, saya terketuk merasakan di posisi itu. Bagaimana rasanya ditinggali orang tuanya? Saya sangat prihatin ketika melihat anak-anaknya yang orang tuanya meninggal,” terangnya mencoba mengingat.
Dalam penutup perbincangan dengan Lusinda, ia masih berharap bahwa jerih payah dia dan semangat dia bisa membantu semua korban yang ada. Dengan demikian warga Cianjur bisa berdiri kembali menghadapi hidup dengan gagah dan sebagaimana mestinya. “Saya belum merasa puas jika belum membantu semua korban,” gelora Lusinda.(gie/dd/rls)