Tinta Inspirasi Menyoal Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928, berkumpul putera dan puteri terbaik bangsa, mereka yang peduli pada nasib generasi berikutnya. Mereka tak peduli asal daerah, tak juga persoalkan keturunan asing atau pribumi. Mereka tanamkan dalam hati keinginan yang sama, untuk mempersembahkan tanah merdeka bagi generasi berikutnya. Mereka sadar, hanya satu hal yang bisa mewujudkan cita-cita merdeka, bukan harta tak terbatas, bukan juga senjata kuat tanpa tanding. Ada yang lebih dari keduanya, bukan hanya lebih kuat tapi juga lebih sempurna. Mereka menyebutnya “Persatuan”.
Hampir 90 tahun berlalu sejak dibacakannya sumpah pemuda, Indonesia bukan lagi negara baru yang belum mampu bersaing di kancah dunia, bukan lagi pesakitan Asia yang selalu mengalah pada negara adidaya. Sudah hampir 90 tahun kita bersatu, berjanji untuk melupakan perbedaan, bergerak sebagai bangsa yang satu.
Indonesia, begitu kita menyebut tanah air kita, penuh emas permata, minyak dan batu bara. Negeri kita kaya, hanya tak mampu kita mengelola, begitu kata guru-guru mulia. Benarkah? Ah, malu kita sebagai pemuda, yang kata pendiri bangsa mampu mengguncang dunia. Lagi-lagi, benarkah? siapa pemuda yang mereka maksud, yang menyingsingkan lengan baju demi mengambil tanggung jawab terhadap nusa dan bangsa? Ah, tak perlu dijawab, tak perlu mengaku pemuda Indonesia, tak perlu merasa mampu mengabdi pada negeri tercinta.
Negeri yang kaya ini tak pernah jatuh miskin, tapi penduduknya hidup prihatin. Sadis memang, ketika negeri dengan sumber daya alam melimpah tapi penduduknya tak pernah kebagian jatah. Ada memang yang berhasil menimbun harta hasil alam ini, tapi kebanyakan tidak mau berbagi. “Buat apa berbagi, toh ini hasil jerih payah kami” begiIu kata mereka yang sudah memiliki segalanya. Indonesia sudah tak lagi satu seperti 90 tahun yang lalu, tak lagi dijajah oleh tirani asing, sekarang Indonesia dijajah anak-anaknya sendiri, penduduknya sendiri.
Mari kita bicara tentang persatuan. Dahulu, tak ada yang peduli warna kulit dan bahasa daerah, kita semua bergerak dalam satu kesatuan, demi satu tujuan. Ah, indahnya kala itu, tak ada saling serang, tak ada perebutan kekuasaan, tak ada tiran yang terbuai keserakahan. Bandingkan dengan sekarang, kita saling serang masalah keturunan, saling melecehkan karena warna kulit, saling memusuhi karena beda pemahaman, menyedihkan. Tak tersisa sumpah pemuda kecuali sebagai sejarah hampa, diperingati tapi tidak dijiwai, dirayakan tapi tanpa semangat juang.
Sang pendiri bangsa mewariskan sebuah kalimat, kata beliau “bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah”. Tidak melupakan sejarah bukan tentang mengingat setiap detail kejadian, bukan juga mengingat sekedar tanggalan. Tidak melupakan sejarah adalah perjalanan untuk belajar tanpa henti dari orang-orang sebelum kita, dari kejadian sebelumnya, dari kesalahan dan prestasi terdahulu. Mari jadikan momen sumpah pemuda ini sebagai pengingat bahwa dahulu para pendiri bangsa berhasil mengecilkan ego, mengedepankan persatuan demi tercapainya kesepakatan. Mari kita berjuang bersama, demi tercapai sekali lagi kejayaan. Mari kita kembali menjadi pemuda. Karena pemuda bukan tentang usia, tapi tentang perjuangan tanpa mengenal putus asa!
Indonesia akan menyentuh umur 100 tahun pada 2045 mendatang. Tahun 2045 disebut sebagai jendela demografi (window of demography) yakni fase dimana jumlah usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih besar dibanding jumlah penduduk yang tidak produktif (di bawah 14 tahun atau di atas 65 tahun).
Pada tahun 2020-2045, diprediksi bahwa angka penduduk usia produktif dapat mencapai 70%, sedangkan 30%-nya merupakan penduduk dengan usia yang tidak produktif. Hal ini dapat berdampak pada dua kemungkinan, yaitu bonus demografi atau kutukan demografi. Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, kutukan demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru tidak memiliki kualitas yang baik sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara.
Indonesia Emas 2045 telah menjadi impian besar untuk membentuk Indonesia yang mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar di Tanah Air kita, seperti isu korupsi dan kemiskinan. Kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 berada pada kualitas sumber daya manusianya, terutama pemuda. Pada 30 tahun mendatang, pemuda yang kali ini masih menduduki bangku sekolah akan menjadi garda terdepan perkembangan bangsa ini, baik itu sebagai pemangku jabatan atau bukan. Oleh karena itu, generasi pemuda harus menaikkan nilai sumber daya manusianya sehingga dapat menghasilkan kader terbaik bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.
Berdasarkan riwayat perjuangan bangsa Indonesia, pemuda menjadi salah satu pionir dalam proses perjuangan, pembaharuan, dan pembangunan bangsa. Lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908 merupakan tombak dari kebangkitan nasional karena Budi Utomo merupakan awal kesadaran masyarakat Indonesia untuk menghapus perjuangan yang bersifat kedaerahan dan mulai bergerak bersama sebagai rakyat Indonesia. Pada tanggal 27-28 Oktober 1928, Soegondo membacakan pidato sumpah pemuda untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Tak hanya itu, pada tahun 1998, pergerakan mahasiswa mampu meruntuhkan kekuasaan orde baru selama 32 tahun sehingga berhasil membawa bangsa ini pada periode reformasi. Ketiga hal tersebut menjadi bukti bahwa pemuda dapat menjadi sosok yang mampu menginspirasi dan mengiringi proses transisi yang terjadi.
Pengertian Indonesia Emas
Indonesia emas adalah sebuah kondisi saat negara Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan seperti korupsi dan kemiskinan. Indonesia emas diproyeksikan pada 100 tahun kemerdekaan negara Indonesia pada tahun 2045. Sumber daya manusia Indonesia merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan negara Indonesia yang adil dan makmur. Kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dilihat melalui kualitas generasi penerus bangsa Indonesia. Pemuda berperan sebagai generasi penerus bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa dan mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kemajuan negara Indonesia.
Tantangan Indonesia Emas
Tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam merealisasikan Indonesia Emas 2045 adalah:
Moral dan Karakter Bangsa Indonesia
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat memungkinkan terjadinya pertukaran informasi tanpa batasan ruang dan waktu. Pertukaran informasi dapat berupa pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan lain-lain. Hal itu dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan bangsa Indonesia. Contoh pengaruh positif yang diberikan adalah kemajuan dalam bidang teknologi serta informasi dan ilmu pengetahuan dapat dengan mudah didapatkan. Tetapi, permasalahan yang terjadi adalah tidak semua informasi dari dunia luar tersebut cocok dengan karakter bangsa Indonesia. Pertukaran informasi juga memungkinkan terjadinya pertukaran budaya dari dunia luar dengan budaya Indonesia.
Optimis ke depan Pemuda Indonesia bisa membangun dengan segala potensi yang ada.