BERITACIANJUR.COM – PROGRAM pemberian insentif kader posyandu di Cianjur tak henti-hentinya dilanda masalah. Selain insentif selama 5 bulan yang hingga saat ini belum diterima kader, kini terungkap kejanggalan baru terkait besaran insentif yang diterima para pengurus Forum Posyandu Cianjur.
Seperti diketahui, sebelumnya Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Cianjur, Muksin Said menyebutkan, insentif para pengurus Forum Posyandu Cianjur yang berjumlah 8 orang masing-masing mendapatkan Rp1 juta perbulannya. Namun saat dihubungi kembali, ia meralat pernyataannya tersebut.
“Jadi yang benar itu, Ketua Forum Posyandu insentifnya Rp1.750.000. Untuk Wakil ketua, sekretaris dan bendahara Rp1.500.000. Sedangkan pengurus lainnya Rp1.100.000,” sebutnya saat dihubungi beritacianjur.com, Senin (6/6/2022).
Meski begitu, pernyataan baru Muksin tetap berbeda dengan yang diakui Ketua Forum Posyandu Cianjur, Edi Jubaedi. Sebagai ketua, Edi mengaku menerima insentif Rp1.250.000 perbulannya. Menurutnya, besaran insentif yang diterima para pengurus forum berbeda-beda dan tergantung jabatannya.
“Kalau kader di daerah iya semuanya Rp100 ribu perbulannya. Sedangkan untuk PPL di tiap desa masing-masing Rp800 ribu perbulan, korcam Rp900 ribu perbulan, sedangkan di forum saya menerima Rp1.250.000 ribu per bulan. Jadi ketua, bendahara dan sekretaris beda dengan pengurus lainnya,” ujarnya saat dihubungi beritacianjur.com, Senin (6/6/2022).
Untuk mengonfirmasi kejanggalan tersebut, wartawan mendatangi Kantor DPPKBP3A Cianjur, Senin (6/6/2022) sekitar pukul 13.00 Wib. Sayang, Kepala DPPKBP3A Cianjur, Heri Suparjo tengah rapat bersama Asisten Daerah (Asda), Inspektorat Daerah (Itda), Kepala BKAD Cianjur serta sejumlah pejabat lainnya di Kantor DPPKBP3A Cianjur.
Wartawan pun menunggu dan memberi pesan kepada salah seorang pegawai DPPKBP3A Cianjur, yang bertugas menunggu di antara ruangan Kepala dan Sekretaris DPPKBP3A Cianjur. “Tunggu Pak, Bapaknya lagi rapat,”
Sekitar pukul 14.00 Wib lebih, terlihat Asisten Administrasi Umum Setda Cianjur, Dedi Sudrajat keluar dari ruang rapat. Ia mengatakan rapat masih berlangsung dan ia tidak mengikuti hingga selesai karena ada kepentingan lainnya.
Kemudian menjelang Ashar, giliran Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Cianjur, Arif Purnawan; Kepala Itda Cianjur, Cahyo Supriyo; serta Kepala BKAD Cianjur, Ahmad Danial, keluar dari ruangan rapat dan meninggalkan Kantor DPPKBP3A Cianjur.
“Bapak (Kepala DPPKBP3A) masih rapat Pak,” ucap salah seorang pegawai DPPKBP3A Cianjur, yang bertugas menunggu di antara ruangan Kepala dan Sekretaris DPPKBP3A Cianjur, saat wartawan meminta kembali untuk bisa menemui Heri Suparjo.
Tak lama berselang, Kepala Bidang Pembangunan Ketahanan Keluarga DPPKBP3A Cianjur, Atik Sartika pamit kepada wartawan karena hendak mendatangi Kantor Bappeda Cianjur. “Masing nunggu Bapak (Kepala DPPKBP3A) ya Kang. Pamit, mau ke Kantor Bappeda dulu,” singkatnya.
Wartawan mulai merasa aneh, meski sejumlah pejabat sudah keluar dari ruangan rapat, namun Kepala DPPKBP3A masih juga belum muncul. Saat dikonfirmasi lagi ke pegawai DPPKBP3A Cianjur yang bertugas menunggu di antara ruangan Kepala dan Sekretaris DPPKBP3A Cianjur, Heri Suparjo masih rapat.
Sekitar pukul 16.00 Wib, sang pegawai tersebut sudah tak berada lagi di meja kerjanya. Bahkan ia tak memberitahu dulu informasi tentang keberadaan pimpinannya. Selang satu jam kemudian, wartawan mencoba mengetuk pintu ruangan Heri Suparjo, namun diketahui belakangan, ia sudah tidak berada di Kantor DPPKBP3A Cianjur.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik, Cianjur Riset Center (CRC), Anton Ramadhan menilai, sikap Heri Suparjo sebagai pejabat publik sangat kurang baik. Menurutnya, sikapnya tersebut diduga kuat untuk menghindari wartawan yang akan mewawancarai permasalahan yang terjadi di dinas yang dipimpinnya.
“Curiga sembunyi lalu kabur itu mah. Logika saja, pegawainya sudah diberitahu bahwa ada wartawan yang bakal wawancara, namun kenapa pergi tanpa konfirmasi? Apalagi sekelas kabidnya saja tahu bahwa ada wartawan. Jika tidak ada masalah, harusnya hadapi saja dan berikan penjelasan kepada wartawan, tapi kalau gini ya jadi tanda tanya besar. Ada apa dengan Heri Suparjo. Permasalahan di DPPKBP3A Cianjur ini sudah sangat janggal. Dengan muncul masalah yang baru terungkap, dugaan penyelewengannya semakin kuat. Wajib diusut tuntas,” pungkasnya.(gie)