Dugaan Penyimpangannya Capai Ratusan Miliar Rupiah, CRC Beberkan Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Plt Bupati Cianjur

Gunakan Anggaran Dahului Mekanisme Perubahan APBD, 2019 Lahirkan 5 Perbup APBD



LAGI, sejumlah bukti atas dugaan korupsi APBD yang dilakukan Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman terus bermunculan. Pada Tahun Anggaran 2019 lalu, ia diduga kuat telah melakukan penyalahgunaan wewenang dengan membuat sejumlah peraturan bupati yang disinyalir bertujuan untuk melegalkan penggunaan anggaran, mendahului mekanisme perubahan APBD dan aturan perundang-undangan. Benarkah?

Ya, itulah yang diungkapkan Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik, Cianjur Riset Center (CRC), Anton Ramadhan. Menurutnya, pada tahun anggaran 2019, orang nomor satu di Cianjur tersebut sedikitnya telah membuat 5 buah Peraturan Bupati tentang Perubahan atas Perbup Nomor 102 tahun 2018 tentang Penjabaran APBD 2019. Berdasarkan data yang diperoleh CRC, 5 buah perbup tersebut antar lain, 3 buah dibuat sebelum perubahan APBD 2019, sedangkan 2 perbup lagi keluar setelah perubahan APBD 2019.

“Dari sejumlah perbup tersebut, ada kejanggalan lain karena terdapat perbedaan redaksional antara isi perbup dengan lampirannya. Dalam perbup disebutkan perubahan atau penambahan, sementara dalam lampiran pakai kata pergeseran. Ini terkesan menjadi alibi atau menyembunyikan adanya penambahan anggaran. Jelas, jika pergeseran bukan berarti bertambah, tapi hanya bergeser pos, namun yang terjadi bertambah anggaran dengan nilai yang fantastis,” ujarnya kepada beritacianjur.com, Senin (22/2/2021).

Secara rinci, Anton membeberkan kelima perbup tersebut, antara lain:

Ini 3 Perbup tentang penambahan dan penggunaan anggaran sebelum Perubahan APBD Cianjur TA 2019 atau mendahului perubahan APBD 2019 :

  1. Perbup Nomor 3 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Perbup Nomor 102 Tahun 2018 tentang Penjabaran APBD TA 2019, ditetapkan tanggal 6 Februari 2019.
  2. Perbup Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Perbup Nomor 102 Tahun 2018 tentang Penjabaran APBD TA 2019 ditetapkan tanggal 29 Maret 2019.
  3. Perbup Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Nomor 102 Tahun 2018 Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Tahun Anggaran 2019
Baca Juga  Aliansi Masyarakat Menggugat Ajak ARWT Pembuktian soal Hoaks, Mang Gawel: Jangan Cuma Berkoar di Medsos

“Pada perbup tentang penambahan dan penggunaan anggaran sebelum Perubahan APBD Cianjur TA 2019 atau mendahului perubahan APBD 2019 ini, ada kejanggalan dan potensi kerugian Negara sebesar Rp488 M,” sebutnya.

Ini 2 perbup terkait adanya penambahan anggaran pendapatan dan belanja APBD 2019 yang dilakukan setelah terbitnya Perda APBD Perubahan TA 2019:

  1. Perbup Nomor 59 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Perbup Nomor 50 Tahun 2019 tentang Penjabaran Perubahan APBD TA 2019, ditetapkan tanggal 26 September 2019.
  2. Perbup Nomor 82 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Perbup Nomor 50 Tahun 2019 tentang Penjabaran APBD Perubahan TA 2019 ditetapkan tanggal 20 November 2019.

“Pergeseran anggaran seperti ini lazim terjadi karena adanya kepentingan kepala daerah untuk memuluskan suatu kegiatan yang tidak masuk dalam perencanaan dan tidak ada pagu anggarannya, atau juga bisa pagu anggaran dalam kegiatan dinilai terlalu sedikit sehingga perlu menambah volume pekerjaan diikuti dengan besaran anggaran. Berdasarkan pada kepentingan tersebut dengan kewenangan yang begitu luas sebagai penanggungjawab pengelolaan keuangan daerah sesuai PP No. 58 Tahun 2005, seorang kepala daerah dapat melakukan apa saja menurut kehendak walaupun kehendak tersebut melanggar asas dan ketentuan perundang-undangan dengan alasan untuk kepentingan umum,” tegasnya.

Penambahan anggaran pada beberapa posting tersebut, sambung Anton, dilakukan dengan cara menggeser kegiatan dan mengurangi belanja yang telah ditentukan awal bersama DPRD. Ia menilai, jika praktik-praktik kebijakan seperti itu dibiarkan, maka APBD setiap tahun dipastikan bocor karena budgeting policy kepala daerah yang kebablasan.

Baca Juga  Dugaan Korupsi Banprov, Ini Dugaan Modus dan Alasan Kuat Mengapa KPK Wajib Turun ke Cianjur

“Pergeseran anggaran antara unit organisasi dan antara kegiatan adalah suatu potret buruknya perencanaan APBD pada suatu daerah otonom, walaupun ketentuan perundang-undangan memperbolehkan hal itu dilakukan untuk capaian program pemerintah daerah dan untuk likuiditas APBD itu sendiri. Suatu perencanaan APBD yang baik dilakukan berdasarkan mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat yang baik dan tertib,” terangnya.

Anton menjelaskan, tahun siklus APBD dimulai 1 Januari-31 Desember tahapan pengelolaan APBD (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban). Bagi daerah otonom yang tertib dan taat asas pengelolaan APBD, lanjut dia, pasti menaati dan mengikuti tahun siklus pengelolaan APBD, artinya tidak akan ada pergeseran anggaran antara unit organisasi dan antara belanja ataupun tidak akan terjadi perubahan anggaran mendahului APBD-P.

“Jika mengeluarkan kebijakan pengelolaan anggaran (budgeting policy) dengan pergeseran APBD sebelum perubahan APBD, maka diduga kuat kepala daerahnya ingin menggunakan APBD untuk kepentingan pribadi dan kroni,” pungkasnya.(gie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *